Engkau Yang Bimbang
Di ujung jalan terlihat seseorang berdiri
lesu, sebatang ranting tergenggam erat ditanganya sesekali dia tusukan ke tanah
gersang yang dia pijak. Bimbang dan tak mengerti arah mana yang harus ddia
lalui. Dari kejauhan terlihat seorang kakek tua menghampiri dan samar-samar
terdengar pertanyaan dari bibirnya yang kering.
“hei nak, ada apa gerangan engkau murung?sediakah
engkau ceritakan kepadaku tentangmu untuk menemani perjalananku nanti?”
Dia tersentak kaget dari lamunanya, sambil meneteskan
air mata yang tertahan dia pun tak sanggup untuk menahan lagi segala kegundahan
yang ddia rasakan.
“eh kekek, sudikah engkau mendengarkan isi
hatiku yang hina dan kotor ini?aku hanyalah orang yang terbuang, tidak ada satu
tempat yang bisa aku singgahi dalam perjalananku, kini aku bingung arah mana
lagi yang harus aku tuju?mereka hanya akan menempatkanku di bak sampah karena
semua hal yang telah aku lakukan, dengan kepribaddian dan keadaanku yang
seperti ini aku tidak mungkin untuk kembali menjadi sesuatu yang berarti untuk
mereka?”
Sang kakek hanya tersenyum sembari menunjukan
segenggam tanah busuk di tanganya.
“coba nak ambilah tanah busuk ini, hirup aroma
yang dikeluarkanya”
“dari situlah manusia berasal dan akan kembali
ke tampat itu kelak”
“coba engkau perhatikan sekitarmu ada begitu
banyak pepohonan yang tertanam di tanah gersang ini, adakah salah satu dari
mereka menyerah untuk hidup?ketika pohon kecil mulai tumbuh, tertanam lah
sejjuta harapan untuk menjadi besar hingga suatu saat nanti bisa menjadi
pelindung tempat tinggalnya yang berupa tanah gersang itu. Setelah dia tumbuh
besar apakah dia akan merasa cukup?. Lihatlah ketulusanya untuk melindungi dan
memberi kehidupan pohon-pohon kecil di sekitarnya, disaat terik datang, tanah
menjadi gersang, dia akan menggugurkan daunya untuk tetap bertahan hidup, memberi makan dirinya sendiri dan menyuburkan
tanah di sekitarnya. Pohon-pohon kecil yang belum mampu menghasilkan makanan
dari daunya sendiri akan kembali mendapatkan suplai makanan yang telah terkikis
kemarau panjang. Sekarang perhatikan ranting-ranting pohon besar yang kering
dan tak berdaun, apa gerangan yang masih dia tunggu?kenapa dia masih tetap
berdiri tegak dan tetap bertahan setelah dia tidak lagi memiliki mahkota
hijaunya?dia akan tetap berdiri hingga lapuk dan hancur karena ingin memastikan
telah ada pengganti untuk tetap menjaga tanah gersangnya”.
“kini sejenak palingkan tatapanmu kearah kekek
tua ini, tidakah engkau berpikir bahwa dahulu aku juga memiliki tubuh yang
gagah sepertimu, jagan sampai engkau menyia-ndiakan tubuh kekarmu tanpa
meninggalkan sesuatu yang berarti. Setelah engkau tua renta seperti aku, engkau
tidak akan mampu lagi untuk berlari menuju cita-citamu.” Tanggalkan ranting di
genggamanmu mulailah engkau gengam benih dan tanamkan sejuta harapan untuk
semua orang dalam setdiap langkah dan tempat yang engkau singgahi. Percayalah jika
benih yang engkau tanam adalah sebuah kebaikan maka orang-orang akan menantikan
benih tersebut untuk tumbuh menjadi besar, dan terukir namamu dengan ketulusan
hatimu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar