Terlihat seseorang tengah
gundah, duduk termenung seakan enggan untuk beranjak. Tak sadar masa depan yang
masih belum di jalani dan mungkin akan lebih berat akan datang menghampirinya.
Kejaidian demi kejadian yang dia alami di masa lalu membuatnya enggan untuk
melangkah lagi, sejengkal pun dia merasa takut untuk melangkahkan kakinya. Rasa
trauma akan perjalanan hidupnya yang terus menghantui semakin bertumpuk ketika
segala hal pahit selalu berulang dengan kejadian yang lebih pahit. Dahulu dia
seseorang yang begitu bersemangat tanpa kata menyerah, ketika langkahnya harus
terjerembab ke dalam lubang busuk, dia hanya tersenyum sambil membersihkan bau
busuknya untuk kemudian kembali melangkah, tak sempat dia berdiri tegak,
kembali di dihempaskan oleh seseorang ke dalam lubang yang penuh duri hingga membuatnya terbalut luka yang amat
perih dan harus meniti waktu yang panjang untuk kembali. Waktu yang selalu dia
nanti untuk kepulihanya terasa sangat jauh untuk di telusuri, hingga dia
memutuskan untuk beranjak dan mencari kehidupan yang lebih baik meski dalam
keadaan yang cukup berat. Apakah dia bisa menemukan apa yang dia cari dengan
waktu yang singkat??? Dalam perjalananya, pertanyaanya pun terjawab, bukan
kebahagiaan yang dia dapatkan, kembali dia harus mengerti beratnya kehidupan
ini.
Dalam keadaanya yang masih di
ambang tenggelam di satu titik
kehancuran, terlihat satu titik terang kehidupanya. Dengan langkahnya yang
gontai, dia mencoba untuk menghampiri cahaya terang yang menarik perhatianya,
tak segan dia mencoba untuk menanyakan “ bisakah engkau menrariku dari
linkgkaran kelam yang selama ini telah aku buat sendiri?”, satu senyum dia
dapatkan dari seseorang yang telah menjadi kunci untuk membuka pintu perjalanan
hidupnya yang baru. Waktu yang cukup panjang menemaninya dengan berbagai hal
baru yang cukup untuk membuatnya mengerti bagaimana untuk tersenyum. Tak sadar
bahwa dirinya telah menguntit sebutir berlian yang terbungkus kain sutra,
meskipun berlian tersebut tak pernah sekalipun merasa bahwa dirinya begitu
indah, tanpa sadar telah membawanya masuk ke dalam onggokan sampah yang terus
terlihat menumpuk dalam kepribadianya. Hingga sang berlian pun enggan untuk
berada dalam kehidupanya, perlahan menjauh untuk tetap menjaga keindahanya.
Kini dia mulai menyadari
semakin dirinya bertahan akan semakin mambuatnya terlihat busuk, dia pun tidak
menyerah untuk kembali beranjak dan mencari satu sisi kehidupan lain yang
mungkin bisa dia singgahi. Namun dia telah terbungkus sampah busuk yang melekat
dalam dirinya, setiap jalan yang dilaluinya menjadi terasa begitu luas tanpa
ada suara gaduh sahabat-sahabatnya yang dulu menemaninya, pandangan matanya
menjadi begitu jauh hanya sekedar untuk melihat senyum dan canda tawa
teman-temanya. Hembusan angin membawanya terbang melalui berbagai macam
kehidupan dan terkadang berhenti membuatnya singgah dalam satu tempat baru,
sejuta harapan untuk bisa mendapatkan
tempat selalu tertanam dalam hatinya di setiap persinggahanya. Apa yang dia
dapatkan, sebenarnya telah dia mengerti sejak awal, bahwa sampah hanya akan
terbuang, selalu terlemper kesana-kemari. Semua berulang begitu saja tanpa dia
minta, tak pernah seklipun dia meminta untuk menjadi seperti itu. Sesekali dia
ingin berkata “ bantulah aku untuk beranjak, aku sudah tidak bisa lagi melipat
diriku sendiri untuk menjadi sesuatu yang lebih baik, bahkan masuk ke dalam bak
sampah pun, untuk sekedar tidak menggaggu orang lain aku sudah tidak mampu.
Ijinkan aku mengemis, kotorilah sejenak tanganmu,
sentuhlah aku, tegakkan aku, letakan aku dalam singgasana kehidupan yang lebih
baik”. Namun dia pun harus tahu bahwa takan pernah ada seorangpun yang akan
menganggapnya berarti, bahkan dia pun harus bisa menerima ketika seseorang
mencoba untuk melemparnya jauh-jauh dengan perasaan jijik dan sebatang kayu
ditanganya.
Semakin hari dia terlihat
semakin tertunduk dan semakin takut untuk beranjak, tak sadar bahwa selama ini
jika dia selalu terlempar kesana-kemari adalah sebuah anugerah pemberian Tuhan
yang tidak pernah bisa diberikan manusia dan tak pernah seklaipun dia sadari. Jutaan
pengalaman yang sebenarnya telah membuatnya belajar dan semakin menjadikanya
seseorang yang memiliki kehidupan lebih luas namun tak pernah dia mengerti.
Mengertikah dia ketika terlempar ke dalam lubang busuk, dia pasti akan
mengetahui bagamina untuk membuang bau busuk yang melekat pada tubuhnya, disaat
dirinya terlempar ke dalam lubang yang penuh duri, dia akan memahami bagaimana
mengobati luka yang sangat perih untuk dirasakan, setiap kejadian yang dia
rasakan akan menjadi sebuah tameng untuk masa depan yang mungkin akan lebih
berat dia jalani, sesungguhnya dia telah belajar sebelum yang lain mempelajari
dan enggan unutk mengerti.
“Waktunya untuk beranjak dan
mengerti bahwa hari esok masih ada dan masih harus untuk di jalani”
“Always standing, whereas
standing is not easy”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar